Biografi KH. Yahya Cholil Staquf

28

sosiologis yang tajam ini pula yang berperan penting dalam

kiprah Gus Yahya di dunia internasional dalam rangka

melanjutkan peran NU di kancah internasional yang sudah

dirintis oleh para pendahulunya, Gus Dur.

Jalan tak “linear” Gus Yahya tak berhenti hanya sampai

di situ. Ia juga memilih untuk mengasah pengalaman

berorganisasinya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan dalam tradisi

santri yang sangat kental, pilihan Gus Yahya berkiprah

dalam

organisasi

kemahasiswaan

tersebut

tidaklah

mudah. Pilihan tersebut mendapat reaksi yang luar biasa

dari orang-orang terdekatnya. Hal ini bukan tanpa alasan,

mengingat sejak berdirinya PMII, HMI sudah bukan lagi

tempat yang “linear” bagi warga NU untuk berorganisasi.

Tidak hanya itu, PMII dan HMI dikenal memiliki rivalitas

yang sangat tinggi. Tak jarang dua organisasi ini bertarung

sengit dalam dunia perpolitikan mahasiswa di berbagai

kampus.

Para bibi-bibinya yang kuliah di IAIN Sunan Kalijaga

sangat menyayangkan pilihan tersebut dan sangat

“cerewet” terhadapnya. Kabar tak mengenakkan ini segera

sampai ke telinga Kiai Cholil. Ayahnya sangat risau setelah

mendengar kabar tersebut dan khawatir Gus Yahya sudah

melenceng dari NU. Kekhawatiran Kiai Cholil akhirnya

disampaikan kepada Kiai Ali karena ia takut Gus Yahya

sudah tidak menyukai NU lagi.

Kiprah Gus Yahya dalam HMI cukup lama hingga

menjadi

Ketua

HMI

Komisariat

FISIPOL

UGM.

Pengalaman ini cukup berbekas dalam diri Gus Yahya

karena pada saat itu terjadi dinamika politik yang luar

biasa karena adanya pemaksaan ideologi tunggal Pancasila